Benteng Willem II (Sumber : Google) |
Benteng Willem II atau biasa
disebut Benteng Oengaran sesuai nama daerahnya yaitu Ungaran - Jawa Tengah.
Benteng Willem II yang dulu bernama Benteng
Fort Ontmoeting (rapat)
dibangun tepat didepan bangunan Kraton Mataram. Benteng Fort Outmoeting
dibangun untuk memperingati pertemuan sejarah antara Sultan Pakubuwono II
dengan Gubernur Jenderal Van Imhoff yang dilakukan pada tanggal 11 Mei 1746.
Dibangun pada Tahun 1786 oleh Belanda ketika Kraton Mataram yang berada di
Kartosuro dibawah penguasa Sultan Paku Buwono II dipindahkan ke Surakarta
(Solo).
Dalam sejarah perjalanannya antara Tahun 1784-1786, bangunan benteng direnovasi untuk difungsikan sebagai garnisun VOC di Ungaran. Tahun 1800 - 1807 Benteng Fort Outmoeting ditangani oleh Republik Batavia. Namun pada Tahun 1807-1811 benteng ini berada dibawah kendali dan kekuasaan Tentara Perancis, dan Tahun 1816 benteng kembali beralih kekuasaan setelah benteng berhasil direbut dan oleh Angkatan Darat Kerajaan Inggris.
Ketika Belanda menduduki Benteng Willem II pada Tahun 1816 hingga 1942, fungsi benteng diperuntukkan untuk keperluan banyak hal semisal kamp militer tentara Belanda (1918-1918). Benteng ini menjadi saksi sejarah jejak perjuangan Pangeran Diponegoro yang sempat singgah di Benteng Willem II saat ditangkap oleh VOC sebelum dibawa ke Batavia. (Baca juga : Perang Diponegoro);
Dalam sejarah perjalanannya antara Tahun 1784-1786, bangunan benteng direnovasi untuk difungsikan sebagai garnisun VOC di Ungaran. Tahun 1800 - 1807 Benteng Fort Outmoeting ditangani oleh Republik Batavia. Namun pada Tahun 1807-1811 benteng ini berada dibawah kendali dan kekuasaan Tentara Perancis, dan Tahun 1816 benteng kembali beralih kekuasaan setelah benteng berhasil direbut dan oleh Angkatan Darat Kerajaan Inggris.
Ketika Belanda menduduki Benteng Willem II pada Tahun 1816 hingga 1942, fungsi benteng diperuntukkan untuk keperluan banyak hal semisal kamp militer tentara Belanda (1918-1918). Benteng ini menjadi saksi sejarah jejak perjuangan Pangeran Diponegoro yang sempat singgah di Benteng Willem II saat ditangkap oleh VOC sebelum dibawa ke Batavia. (Baca juga : Perang Diponegoro);
(Sumber : Google) |
Selepas terjadinya Perang Dunia II, pada Tahun 1942-1945 benteng ini diduduki
oleh tentara Jepang. Pada massa penjajahan Jepang yang dilakukan kepada
Indonesia, Benteng Willem II difungsikan sebagai penjara bagi orang-orang
Indonesia yang mencoba memberontak. Setelah Kemerdekaan Indonesia, bangunan
Benteng dikosongkan dan para tahanan dibebaskan dan sempat dimanfaatkan sebagai
asrama polisi.
Tahun 1951 Benteng Willem II digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang selanjutnya dikembalikan kepada Polri. Bangunan benteng sempat kosong antara Tahun 2007-2011 oleh Pemerintah Daerah sebelum Polda mengurus surat-surat kepemilikan yang kemudian resmi menjadi milik Polri sejak Maret 2011.
Tahun 1951 Benteng Willem II digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang selanjutnya dikembalikan kepada Polri. Bangunan benteng sempat kosong antara Tahun 2007-2011 oleh Pemerintah Daerah sebelum Polda mengurus surat-surat kepemilikan yang kemudian resmi menjadi milik Polri sejak Maret 2011.
(Sumber : Google) |
Namun banyak yang menyayangkan kondisi bangunan bersejarah ini, mungkin secara
bentuk lebih terawat namun memiliki banyak perubahan setelah mengalami
pemugaran yang semestinya merawat bukan merubah.
"Dari sudut pandang keindahan, memang lebih cantik. Tapi dengan mengubah bentuk fisik, jelas ada pelanggaran di sini" ungkap Ketua Paguyuban Peduli Cagar Budaya Ratu Sima Jateng.
Sutikno berharap, pemanfaatan benteng lebih maksimal. Misalnya, akan lebih bagus dan bermanfaat luas jika digunakan sebagai museum. Hal itu dapat dilakukan dengan menjajaki kerjasama antara Polri dan pemerintah daerah.
“Berulang kali saya selalu memohon untuk pemanfaatan benteng, tetapi kalau tidak dikuatkan dengan perundangan tentu mereka owel. Benteng itu sejarahnya kelas international. Kami memohon pemanfaatan benteng harus dilandasi undang-undang,” tutur Sutikno.
Senada dengan Sutikno, salah satu pemerhati seni dan budaya Kabupaten Semarang, Murofik juga menyayangkan banyak kondisi benteng yang berubah padahal ada nilai sejarahnya. Seperti sumur tua yang ditutup dan dijadikan panggung. Padahal sumur tersebut konon ceritanya digunakan Pangeran Diponegoro untuk mengambil wudu dan mandi saat menjalani transit penahanan.
“Semestinya tidak melakukan perubahan seperti itu, karena itu melanggar undang-undang,” imbuhnya.
Sutikno berharap, pemanfaatan benteng lebih maksimal. Misalnya, akan lebih bagus dan bermanfaat luas jika digunakan sebagai museum. Hal itu dapat dilakukan dengan menjajaki kerjasama antara Polri dan pemerintah daerah.
“Berulang kali saya selalu memohon untuk pemanfaatan benteng, tetapi kalau tidak dikuatkan dengan perundangan tentu mereka owel. Benteng itu sejarahnya kelas international. Kami memohon pemanfaatan benteng harus dilandasi undang-undang,” tutur Sutikno.
Senada dengan Sutikno, salah satu pemerhati seni dan budaya Kabupaten Semarang, Murofik juga menyayangkan banyak kondisi benteng yang berubah padahal ada nilai sejarahnya. Seperti sumur tua yang ditutup dan dijadikan panggung. Padahal sumur tersebut konon ceritanya digunakan Pangeran Diponegoro untuk mengambil wudu dan mandi saat menjalani transit penahanan.
“Semestinya tidak melakukan perubahan seperti itu, karena itu melanggar undang-undang,” imbuhnya.
*sumber: http://regional.kompas.com/read/2014/06/10/1119416/Disayangkan.Sumur.Tempat.Diponegoro.Wudhu.di.Benteng.Willem.II.Ditutup.Panggung
Demikian sejarah singkat Benteng Willem II Oengaran, semoga bermanfaat bagi para pengunjung Blog Mejarapuh. Terima Kasih.
BalasHapushy guys ingin nmendapatkan uang jutaan rupiah gak ^^
ayo segera bergabung dengan saya di F/A/N/S/P/O/K/E/R
disini hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian semua bisa menang jutaan rupiah lo
ayo tunggu apa lagi kami tunggu ya pendaftarannya ^^